kilasbandung.com, SOLOK – Tujuh tahun berlalu, guru honorer salah satu SMK di Kota Solok Doni Alfiz harus berkeliling menempuh jarak 30 kilometer untuk menawarkan kerupuk dagangannya ke warung-warung. Sekali jalan, Doni membawa seratus bungkus kerupuk dan dititipkan di warung-warung. Doni baru akan mendapat uang jika kerupuk-kerupuk yang ia titipkan terjual.
“Enggak tentu. Kalau sudah laku warung kasih uangnya, kalau belum, harus menunggu atau kerupuknya saya iambil lagi, diganti dengan yang baru. Keuntungan satu bungkus kerupuk Rp7 ribu,” kata Doni kepada tim Global Zakat-ACT saat bersilaturahmi ke rumahnya di Desa Jala Laing, Kecamatan Tanjung Harapan, Senin (6/9/2021).
Hal ini harus ia lakukan lantaran penghasilannya sebagai guru honorer tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan harian. “Hitungan gaji guru honorer per jam Rp30 ribu. Seminggu mengajar selama 20 jam. Kurang lebih Rp600 ribu per bulan. Karena per jam, saya akan digaji kalau saya mengajar,” jelasnya. Profesi menjadi guru honorer sudah Doni jalani selama 11 tahun dan gaji yang ia terima belum pernah berubah.
Chahyo Saputra dari tim ACT Solok menjelaskan, nasib guru honorer di daerah masih harus menjadi perhatian. Bebannya sebagai guru tidak seimbang dengan gaji yang mereka terima. “Di Solok. banyak guru honorer yang harus mencari penghasilan tambahan dengan membuka usaha sampingan,” jelasnya.
Chahyo berharap, Sahabat Dermawan bisa membantu kehidupan guru di Solok dengan berbagai program kemanusiaan. Sebagaimana di daerah lain, ACT mengajak masyarakat Indonesia melalui program Sahabat Dai Indonesia Global Zakat-ACT.[]