Kilasbandung.com, KOTA TANGERANG – Setiap harinya puluhan kilometer dilalui oleh seorang penjual martabak telur di wilayah Kota Tangerang, Banten. Ia adalah Jujun (52), dengan gerobaknya yang berwarna oranye, Jujun menjajakan martabak telur seharga Rp2 ribu per porsinya.
Biasa menghentikan gerobaknya di depan SDN Sukasari 3, SMPN 4, dan Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang, kini tak lagi demikian. Pasalnya, kebijakan penutupan lembaga pendidikan masih terus dilakukan selama pandemi Covid-19. “(Penghasilan) jauh banget (hanya) bisa 25 persen, sisa yang 75 persen enggak ada,” ungkap Jujun, pada Kamis (12/8/2021).
“Ini mah kalau usaha begini rezekinya dari Allah aja datangnya. Siapa yang bersungguh-sungguh bakal datang rezeki yang tidak disangka-sangka. Susah sih kalo ngomongin masalah hidup mah, itu sudah rahasia Allah kan,” ungkapnya.
Di tengah makin sepinya para pembeli, Jujun masih memiliki semangat untuk menjalankan usaha ini, sebab Jujun memiliki tiga orang anak yang masih mengenyam pendidikan. Bahkan, terkadang martabak telurnya tidak habis laku terjual.
“Kalau dagang kan hasilnya dikit yah suka enggak habis nih, tapi saya jam setengah dua siang pulang saja. Karena kalau pulang lebih lama, salat dan ibadah jadi terganggu. Saya mah ngejarnya akhirat kan, hidup kan dua kali yaitu sekarang dan entar di akhirat,” tutur Jujun.
Tidak ada kalimat mengeluh yang terucap dari mulut Jujun, baginya selalu ada jalan rezeki bagi setiap manusia yang selalu berusaha. “Kata orang-orang zaman PPKM susah, susah di mana. Kalau dekat sama Allah enggak ada susah kok. Saya mah melangkah aja, kepastian dari Allah. Kan ada Allah, ibadahlah yang benar pasti nanti datang solusinya dari mana aja,” pungkasnya.
“Ya zaman begini harga bahan pokok turun naik gitu kan, enggak stabil sekarang mah. Ya jalanin aja, karena enggak ada yang susah buat saya mah. Ada Allah kok, yakin kita dari tauhid, dari akidah. Tapi bukan masalah sedikitnya ini penghasilan, tapi berkahnya. Alhamdulillah bisa nyekolahin anak, bisa mondokin anak, bisa nguliahin anak,” ungkap Jujun sambil menahan tangis.
Selalu berpegang teguh pada prinsip bersyukur atas rezeki yang diberikan terus diajarkan Jujun kepada keluarganya. Tak hanya itu, Jujun juga selalu menerapkan prinsip berbagi kepada sesama lewat sedekah subuh. “Kalau sedekah mah enggak ada yang rugi karena berkah,” tuturnya.
“Sedekah ada harian, mingguan sama bulanan. Kalau harian ini lewat kencleng kemanusiaan ACT, jadi saya sedekah setiap habis salat subuh, entah seperak dua perak yang penting ada nyangkut,” tambah Jujun.
Telah berjalan selama tiga bulan bersedekah lewat kencleng kemanusiaan ACT, diakui Jujun akan membantu masyarakat yang kondisinya lebih membutuhkan daripada dirinya. “Kalau takwa sama Iman dipegang itu sedekah bakal (terasa) enak manisnya. Padahal ajaran Allah kalau (sedekah) satu (akan) dibayar sepuluh. Enggak bakal miskin dari sedekah mah, berkah kok,” ungkap Jujun.[Sumber: News,act.id]