• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
Selasa, Agustus 9, 2022
KILAS BANDUNG
  • Home
  • Kilas Bandung
  • Nasional
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Polhukam
  • Wisata
  • Sosialita
  • Komunitas
  • Ramadhan
  • Tips
No Result
View All Result
  • Home
  • Kilas Bandung
  • Nasional
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Polhukam
  • Wisata
  • Sosialita
  • Komunitas
  • Ramadhan
  • Tips
No Result
View All Result
KILAS BANDUNG
Home Nasional

Penyintas Gempa Sulbar Sangat Butuhkan Hunian

by redaksi
27 Januari 2021
in Nasional
0
Kapal Kemanusiaan Kalimantan Selatan Segera Berlayar, Bantu Saudara Terdampak Banjir

Sebuah rumah di Dusun Popanga, desa Botteng Utara, Simboro, Kabupaten Mamuju yang mengalami kerusakan akibat gempa M6,2 pada Jumat (15/1/2021) lalu. Hingga sepekan pascagempa, rumah tersebut masih dibiarkan oleh pemilik yang masih mengungsi. (Kredit foto : ACTNews)

0
SHARES
Share on FacebookShare on Twitter

Kilasbandung.com, MAMUJU – Sambil menggendong anak ketiganya yang masih usia 14 bulan, Baharia (38), berdiri di depan tenda pengungsian yang ada di lapangan Dusun Sendana, Desa Botteng Utara, Kecamatan Simboro, Mamuju. Hari itu, Ahad (24/1/2021), ia keluar tenda untuk mencari hawa yang lebih sejuk dan dingin dibanding di dalam tenda terpalnya. Sang anak yang bernama Kiki Larasati mengenakan baju tanpa lengan agar tidak terlalu merasakan hawa panas dari teriknya matahari. Bermodal sobekan kardus, Baharia mengipasi anak terkecilnya itu agar tidak menangis karena kepanasan.

Baharia, suami dan ketiga anaknya merupakan penyintas gempa Sulawesi Barat. Rumahnya mengalami kerusakan parah, sehingga tidak bisa ditinggali. Selain rusak dan belum memiliki modal untuk merenovasi, rasa takut pada gempa susulan menjadi alasan bagi Baharia dan keluarga tetap bertahan di pengungsian. Tak ada barang mewah di tempat darurat tersebut, akan tetapi, bagi Baharia dan keluarga, pengungsian saat ini jadi tempat paling aman.

Baca Juga:  Membantu Sesama Sebenarnya Membantu Diri Sendiri

Sebuah papan yang sedianya digunakan untuk pintu rumah kini menjadi alas tenda tempat Baharia dan keluarga mengungsi. Papan tersebut menjadi sekat dengan tanah, karena di atas papan tersebut menjadi tempat tidur bagi dirinya dan sang suami. Sedangkan ketiga anaknya tidur di atas kasur yang posisinya lebih tinggi untuk menghindari rasa dingin ketika malam.

“Kalau enggak dikasih alas (papan) seperti itu bisa basah setiap hujan. Kasur ini pun dikasih alas biar enggak meresap airnya. Anak-anak di sini (kasur) kalau tidur, kadang sama saya juga, bapaknya tidur di atas papan situ. Ya beginilah adanya,” tutur Baharia, Ahad (24/1/2021).

BACAJUGA

Indonesia Targets to Reduce Plastic Waste Up to 70 Percent by 2025

Penghafal Al-Qur’an di Cianjur Tidak Pernah Menyantap Daging

ACT Pertanyakan Keputusan Pencabutan Izin dari Kemensos

Permasalahan Telah Berlalu, ACT: Kami Sudah Berbenah

Bolehkah Berkurban dengan Berutang?

Di dalam tenda yang hanya ada satu ruangan itu menjadi tempat seluruh kegiatan rumah tangga Baharia dan keluarganya. Mulai dari tidur, memasak, menyimpan bahan pangan, dan lain-lain. Tenda tersebut juga tak seluruhnya tertutup, sehingga semua orang bisa melihat ke dalam tenda tanpa perlu masuk. Akan tetapi, untuk sedikit menghalau udara dingin, Baharia mengakali dengan menutup sisi-sisi tenda dengan terpal dan karpet, serta atapnya dari nipah yang dilapisi terpal agar tidak bocor kala hujan.

Baca Juga:  Solidaritas Komunitas di NTB untuk Pemulihan Pascabencana Sulbar dan Kalsel

Ketika ditanya akan berapa lama berada di pengungsian, Baharia tak bisa memastikan. Rumahnya mengalami kerusakan parah dan rasa takut yang begitu dalam menjadi alasan kuat baginya dan keluarga tetap berada di pengungsian. Selain itu, Baharia pun masih bingung bagaimana untuk memenuhi urusan pangannya jika tidak ada lagi bantuan kemanusiaan seiring dengan kondisifnya kondisi di Sulawesi Barat.

“Inginnya pasti pulang ke rumah, di pengungsian tidak nyaman, kasihan anak-anak saya. Tapi rumah rusak berat dan belum ada modal bangun ulang,” ungkap Baharia. [Sumber : news.act.id]

Tags: Gempa Sulawesi Barat
redaksi

redaksi

Related Posts

Indonesia Targets to Reduce Plastic Waste Up to 70 Percent by 2025
Nasional

Indonesia Targets to Reduce Plastic Waste Up to 70 Percent by 2025

19 Juli 2022
Penghafal Al-Qur’an di Cianjur Tidak Pernah Menyantap Daging
Nasional

Penghafal Al-Qur’an di Cianjur Tidak Pernah Menyantap Daging

8 Juli 2022
ACT Pertanyakan Keputusan Pencabutan Izin dari Kemensos
Nasional

ACT Pertanyakan Keputusan Pencabutan Izin dari Kemensos

6 Juli 2022
Permasalahan Telah Berlalu, ACT: Kami Sudah Berbenah
Nasional

Permasalahan Telah Berlalu, ACT: Kami Sudah Berbenah

5 Juli 2022
Next Post
Kapal Kemanusiaan Kalimantan Selatan Segera Berlayar, Bantu Saudara Terdampak Banjir

Keluarga Asuh Palestina Persaudarakan Dermawan dengan Saudara yang Membutuhkan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Popular News

  • snmptn unpad 2021

    Ingin Kuliah di Bandung? Ini Nilai Rata-rata Rapor SNMPTN Unpad

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Soju Halal Atau Haram? | Begini Faktanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Satukan Solidaritas! Dukung Perjuangan Muslimah India untuk Keadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sedekah Subuh | Keutamaan dan Tata Cara Lengkap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dusun Bambu, Objek Wisata Alam Terfavorit di Kawasan Lembang, Bandung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hidden Gem di Bandung, Cocok untuk Libur Lebaran 2022

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keutamaan Membaca Al-Qur’an di Bulan Ramadan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
KILAS BANDUNG

© 2020 Kilas Bandung

Navigate Site

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Kilas Bandung
  • Nasional
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Polhukam
  • Wisata
  • Sosialita
  • Komunitas
  • Ramadhan
  • Tips

© 2020 Kilas Bandung