Kilasdepok.com, BANAADIR – Konflik bersenjata yang terjadi selama hampir dua setengah dekade di Somalia menyebabkan perekonomian di Negara tersebut tumbang. Terlebih, kondisi semakin parah dengan kekeringan yang terus mendatangi kehidupan warga Somalia. Produksi pertanian di Somalia juga merosot setelah serbuan hama belalang gurun yang diperkirakan berasal dari wilayah Ethiopia dan Sudan.
Belum lagi angka penyebaran kasus positif Covid-19 di Somalia terus bertambah. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, jumlah kasus Covid-19 terus di Somalia per Jumat 24 April, ada lebih dari 13 ribu kasus positif Covid-19 di Somalia, dengan diikuti 689 kasus kematian.
Keadaan-keadaan tersebut turut memicu krisis pangan yang parah di Somalia. Kerawanan pangan juga membuat para pengungsi kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan selama Ramadan. Fakta ini salah satunya ditemukan di Kamp Garasabaley, di Banaadir. Ramadan ini, walaupun waktu telah menunjukkan berbuka puasa, mereka tetap harus menahan lapar.
Amir Firdaus dari Global Humanity Response ACT menjelaskan, berpartisipasi meredam kekurangan pangan di Kamp Garasbalaey, ACT mengantarkan amanah dermawan berupa bantuan sajian pangan iftar pada 14-19 April. “Kita bagikan langsung di area sekitar tenda. Kurang lebih 1.000 pengungsi bisa merasakan hidangan yang layak untuk berbuka puasa di bulan suci ini,” ujar Amir.
Menjelang berbuka, ketika bantuan pangan tiba, mereka dengan semangat keluar dari tenda dan mengantre untuk mendapatkan bantuan pangan. Sementara, sejumlah relawan langsung membagikan bantuan pangan langsung ke tenda-tenda pengungsi yang kesulitan berjalan.
“Ayo kita bantu saudara muslim di Somalia agar dapat berbuka dengan hidangan layak, karena sejatinya, memberikan santapan untuk orang yang berbuka puasa, maka kita juga mendapat pahala berpuasa,” ajak Amir.[Sumber: News.act.id]