Kilasbandung.com, JAKARTA – Hingga Maret 2021 atau satu tahun setelah kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia, belum ada tanda-tanda pandemi ini akan berakhir dalam waktu dekat. Angka kasus baru terus bertabah layaknya korban yang dinyatakan meninggal dunia. Selain berdampak pada kesehatan, pandemi juga menjangkiti perekonomian masyarakat.
Unang (40) merupakan salah satu orang yang merasakan dampak pandemi pada ekonominya. Warga Kelurahan Karangmekar, Ngamrah, Kabupaten Bandung Barat tersebut berprofesi sebagai pemilah sampah. Sehari-hari ia berkeliling perkampungan untuk mengambil sampah, khususnya plastik, untuk dijual lagi demi pemenuhan kebutuhan keluarga. Sambil membawa sang istri, Dewiarsih (52) yang tuna netra, Unang mencoba bertahan dari kerasnya kehidupan. Ketika awal Covid-19 mewabah di Indonesia, Unang sempat merasakan sulitnya berkeliling permukiman warga karena adanya pembatasan sosial. Hingga kini pun, pendapatannya belum kunjung pulih seperti sedia kala.
Seperti Unang, Roby (13) yang tinggal di Cipageran, Cimahi juga harus merasakan dampak pandemi. Usianya masih muda, tapi ia harus membantu orang tuanya bekerja. Bersama sang kakak, Roby ikut mengangkut sampah, hal ini dilakukan hampir setiap hari selepas belajar dari rumah yang hingga kini masih diterapkan. Selama pandemi, pendapatan keluarga Roby terganggu, sedangkan pengeluarannya kian besar, apalagi untuk urusan pendidikan yang serba daring.
Pandemi memang membawa dampak besar pada kehidupan masyarakat. Seperti yang sudah banyak diutarakan pakar bahwa ekonomi Indonesia menurun akibat pandemi. Tentu hal ini juga mempengaruhi kemampuan setiap keluarga memenuhi kebutuhannya.
Aksi Cepat Tanggap (ACT) sebagai lembaga kemanusiaan yang ikut ambil bagian dalam penanggulangan dampak pandemi, hingga kini terus menjalankan programnya, termasuk pemenuhan pangan lewat program Operasi Makan Gratis. Seperti pada awal Maret ini, hidangan siap santap ACT hadirkan untuk ratusan warga di Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat.
Kepala Cabang ACT Cimahi Sopian Syekh Abdul Sani Haeruman mengatakan, Operasi Makan Gratis tak hanya menyasar pekerja informal dan warga prasejahtera saja. Para santri di pesantren prasejahtera pun ikut menikmati hidangan siap santap ini.
“Program ini merupakan wujud nyata kedermawanan masyarakat. Walau pandemi membawa dampak pada ekonomi, kedermawanan terus mengalir,” ungkapp Sopian.[]